Saya
akan menyajikan sebuah trik untuk mendeteksi kebohongan seseorang
secara lebih detail. Berikut ini adalah apa yang saya sadur dari buku Debdy Corbuzier(dengan
perubahan seperlunya) yang menurut saya sangat bermanfaat untuk melengkapi
cara berkomunikasi anda dengan orang lain agar tidak mudah tertipu
tertipu. Ilmu ini oleh Deddy sendiri menyebutnya sebagai Body Pereption.
Jika pada postingan sebelumnya kita masih bermain-main pada wilaya
fikiran dan bagaimana memanipulasinya, sekarang kita akan bermain pada
wilayah yang lebih mudah kita deteksi secara visual. Chek it out!
….
Banyak orang mengatakan bahwa mata tidak
dapat berbohong. Benarkah pernyataan ini? Menurut saya, itu sangat
benar. Dan, bahkan ada cara untuk mengetahui kapan seseorang jujur atau
berbohong hanya lewat arah pandangan matanya saja. Namun, sebelumnya
saya akan membahas sedikit tentang persepsi manusia yang akan sangat
berkaitan dengan hal tersebut.
Pada dasarnya daya ingat manusia dibagi menjadi tiga sudut pandang utama, yaitu:
1. Penglihatan/visual Daya ingat jenis ini
secara khusus mengingat atau merekam hal-hal yang sifatnya mengarah
pada daya tarik mata saja, seperti warna, keadaan, tempat, suasana, dan
sebagainya. Misalnya, ketika Anda mengingat bagaimana bentuk kue ulang
tahun Anda pada saat Anda berusia 17 tahun. Hal ini termasuk dalam
sudut pandang penglihatan.
2. Pendengaran Daya ingat jenis ini secara
khusus merekam hal-hal yang pernah didengar. Misalnya, nomor telepon
atau alamat yang pernah ia terima. Hal ini kita sebut sebagai sudut
pandang pendengaran.
3. Peraba/Perasa Daya ingat jenis ini
secara khusus merekam hal-hal yang berhubungan dengan indra peraba,
seperti rasa atau perasaan. Contoh, Anda ingat betapa dinginnya dulu
ketika Anda berlibur ke luar negeri saat musim salju. Atau, bagaimana
rasanya ketika Anda dulu menikmati makanan yang rasanya begitu asam.
Ketiga hal tersebut direkam di dalam otak manusia pada lokasi yang berbeda-beda. Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa alam pikiran
imajinasi manusia pun terbagi menjadi tiga sudut pandang yang sama
persis seperti di atas. Yang saya maksud adalah begini: Bila Anda
sedang membayangkan sesuatu di dalam pikiran Anda, secara tidak
langsung Anda akan memikirkan salah satu atau beberapa gabungan dari
ketiga sudut pandang di atas. Misalnya, ketika Anda memikirkan
bagaimana rupa mobil Anda bila dicat dengan warna kuning emas. Itu
adalah sudut pandang penglihatan. Atau, bagaimana rasanya memakan es
batu dengan campuran minuman beralkohol. Ini adalah sudut pandang
perasa. Uniknya, gerak mata kita secara bawah sadar pun dibagi ke dalam
tiga sudut pandang ingatan dan tiga sudut pandang imajinasi.
Kalau Anda tidak percaya, coba kita ikuti sedikit permainan berikut:
Saya ingin Anda sekarang mengingat
bagaimana bentuk dan warna baju seragam Anda ketika masih duduk di
bangku TK. Sudah? Sekarang, cobalah mengingat-ingat apa warna kotak
pensil Anda sewaktu duduk di bangku SD dulu? Sudah? Kalau diperhatikan,
Anda akan sadar bahwa ketika Anda sedang mengingat-ingat, 90% mata Anda
akan mengarah ke kiri atas. Itu karena memang di sana lah tempat
korteks sudut pandang visual ingatan Anda. Dengan demikian, secara
bawah sadar Anda melihat ke arah tersebut. Mengapa demikian? Itu adalah
fakta psikologis
dan biologis dari cara kerja otak manusia yang mengirimkan sinyal pada
mata untuk melakukan kerja terbaiknya. Namun, kita tidak akan membahas
hal itu lebih jauh di sini. Seperti yang telah disebutkan, ingatan
manusia mempunyai tiga sudut pandang yang berbeda. Ketiga sudut pandang tersebut,
baik penglihatan, pendengaran maupun peraba/perasa memiliki
korteks-korteks yang berbeda pada otak manusia. Dan, hal tersebut
memengaruhi arah pandang mata pada manusia. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penglihatan: Arah pandang mata ke kiri atas
2. Pendengaran: Arah pandang mata ke kiri tengah
3. Peraba/Perasa: Arah pandang mata ke kanan bawah.
Itu berarti, bila Anda sedang mencoba
mengingat-ingat sesuatu, arah pandang mata Anda akan bergantung pada
hal yang Anda pikirkan. Apakah itu lebih menyangkut visual,
pendengaran, atau peraba/perasa.
Cobalah sekali lagi pada diri sendiri atau
orang lain. Tanyakan hal-hal yang mengajaknya mengingat hal-hal yang
bersifat penglihatan seperti contoh di atas. Contohnya, warna baju,
warna kue ulang tahun, bagaimana bentuk rumahnya dulu, atau apa bentuk
kotak pensil yang pernah ia gunakan sewaktu duduk di bangku SD. Maka,
90% arah matanya akan menghadap ke kiri atas. Kemudian, cobalah
mengajukan pertanyaan yang membuat seseorang mengingat hal-hal yang
berhubungan dengan masalah pendengaran, seperti “Masih ingatkah kamu
sewaktu ibu guru di SMP dulu marah? Apa yang dikatakannya?” atau “Masih
ingatkah bagaimana syair lagu favoritmu?” Bila Anda perhatikan, kini
matanya akan mengarah ke kiri tengah, yakni korteks pendengaran. Dan
yang terakhir, cobalah mengajukan pertanyaan yang mengajak lawan bicara
Anda mengingat hal-hal yang berhubungan dengan indra peraba/perasa,
seperti rasa makanan, rasa minuman, atau juga suasana di suatu tempat
yang dulu pernah ia tinggali, dan sebagainya. Perhatikan,kini matanya
akan mengarah ke kanan bawah.
Jangan bertanya alasannya. Yang jelas, hal
ini sungguh terjadi seperti yang saya katakan. Dan, bukan hanya itu
saja, hal sebaliknya juga terjadi. Bila Anda ingin mengingat hal-hal
yang bersifat penglihatan, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengarahkan
mata ke korteks penglihatan, yaitu kiri atas. Dan, demikianlah
selanjutnya, tergantung pada ingatan apa yang hendak Anda munculkan.
Mungkin, ini lah sebabnya terkadang seseorang kesulitan mengingat suatu
hal karena ia mengarahkan matanya pada korteks yang salah. Jika hal ini
terjadi, otak tidak akan membantunya menemukan jawaban yang tepat.
Katakanlah, seseorang ingin mengingat kembali nomor telepon seorang
teman yang baru saja disebutkan. Secara tidak sadar, ia justru
mengarahkan matanya ke kanan bawah. Akibatnya, nomor telepon itu sulit
diingat kembali. Hal sebaliknya juga berlaku, yakni bila seseorang
ingin mengingat suatu hal yang berhubungan dengan penglihatan. Maka,
akan lebih mudah baginya bila ia mengarahkan mata ke kiri atas.
Kelambatan dalam proses mengingat akan terjadi bila ia salah
mengarahkan matanya. Oleh karena itu, gunakan arah pandang mata Anda
dengan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal tatkala ingin
mengingat sesuatu.
Lalu, pertanyaannya adalah: Mengapa kita
harus membahas hal ini? Karena, ternyata ada hal yang sangat menarik di
balik semua ini. Hal itu adalah fakta di mana imajinasi juga dibagi
menjadi tiga sudut pandang yang sama, namun dengan kerja otak yang
berbeda! Imajinasi
1. Penglihatan Ini merupakan wilayah di
mana Anda dapat membayangkan sesuatu yang berhubungan dengan
penglihatan. Misalnya, membayangkan bagaimana rupa Anda bila Anda
berkepala botak dan berkumis. Atau, membayangkan bagaimana rupa seekor
bebek yang mempunyai empat kaki. Itu adalah imajinasi visual (berkaitan
dengan korteks penglihatan kanan atas).
2. Pendengaran Ini adalah wilayah
imajinasi yang berkaitan dengan media pendengaran (dengan korteks
penglihatan kanan tengah). Misalnya, membayangkan suara gajah yang
sedang marah atau bagaimana merdunya suara penyanyi favorit Anda.
3. Peraba/Perasa Ini adalah wilayah
imajinasi yang berkaitan dengan indra peraba/perasa (dengan korteks
kiri bawah). Misalnya, membayangkan bagaimana rasanya bermain hujan
atau rasanya menikmati rujak yang sangat pedas, dan sebagainya.
Dengan kata lain, apabila manusia sedang
memikirkan sesuatu dan ia harus berimajinasi maka matanya akan mengarah
ke korteks yang berkaitan dengan jenis memori tersebut! Dengan
demikian, kita dapat mengetahui kapan seseorang sedang berusaha
mengingat-ingat atau kapan ia sedang berimajinasi! Dan, kita dapat
membedakannya lewat arah pandangan mereka. Lalu, apa gunanya? Gunanya,
kita dapat mengetahui kapan seseorang berkata jujur dan kapan seseorang
berkata bohong karena pada saat berkata jujur ia akan menggunakan
korteks ingatannya, bukan korteks imajinasi! Katakanlah, Anda bertanya
pada seseorang tentang apa yang tadi ia kerjakan? Seharusnya ia berkata
sambil mengarahkan matanya sedikit ke kiri atas atau ke kanan bawah
(penglihatan/peraba); bukan ke arah yang lain. Akan tetapi, katakanlah
ia mengarahkan mata ke kanan atas, itu berarti ia sedang berusaha
berimajinasi atau mengarang cerita. Orang itu sedang berbohong kepada
Anda!
Untuk mendapatkan contoh kasus lain,
cobalah mengajukan pertanyaan “Bagaimana cita rasa makanan yang tadi
Anda coba?” Bila lawan bicara Anda jujur, matanya akan mengarah ke
kanan bawah (peraba), sedangkan bila ia berbohong, matanya akan
mengarah ke kiri bawah. Selain itu, Anda bisa mencoba bertanya, “Apa
yang tadi dikatakan rekan kerja Anda di telepon?” Apabila lawan bicara
Anda jujur, matanya akan mengarah ke kiri tengah, bukan ke kanan
tengah! Itu karena, ia harus mengingat dan bukan berimajinasi atau
mengarang-ngarang.
Jelaslah bahwa hal ini tidaklah secara
langsung dapat dikatakan merupakan ilmu pasti atau sains. Akan tetapi,
secara kenyataan fenomena ini sungguh terjadi pada cara otak manusia
bekerja. Dan, dengan mengetahui cara kerja otak ini, Anda akan dengan
jelas dapat mengetahui karakter lawan bicara Anda. Mata tidak dapat
berbohong!
…Yah, setelah mengetahui sedikit ilmunya, adan bisa menguji pertemanan anda. Siapakah di antara mereka yang selalu membohongi anda?